Senin, 30 Desember 2019

Laporan Praktikum Tanaman Pucuk Merah


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM HORTIKULTURA
TANAMAN HIAS PUCUK MERAH (Syzygium oleana)


OLEH
SARTIKA DEWI
NIM : 1702050

DOSEN PENGAMPU :
DESRIHASTUTI, S.P., M.Sc




PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI PELALAWAN
PELALAWAN
2019 



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tanaman pucuk merah adalah sejenis tanaman perdu yang memiliki ciri khas warna merah pada pucuk daunnya. Tanaman ini memiliki dua warna daun, yaitu daun berwarna merah dan hijau. Diameter tanaman dapat mencapai 30 cm dengan tinggi mencapai 7 meter. Usia tanaman dapat mencapai puluhan tahn. Daunnya yang rimbun dan warna daun yang unik, membuatnya cocok dijadikan sebagai penghias rumah dan taman.
Tanaman pucuk merah dikenal sebagai tanaman hias yang banyak ditanam dihalaman rumah, kantor, sekolah, hingga di tepi jalan. Selain kemampuannya menyerap polusi udara, tanaman ini ternyata bermanfaat bagi kesehatan manusia. Kandungan flavonoid antosianin dalam daun pucuk merah, berpotensi untuk dikembangkan menjadi teh  kesehatan dan antioksidan yang efektif mengatasi ancaman radikal bebas.

1.2 Tujuan Praktium

1.      Untuk mengenal dan memahami budidaya tanaman pucuk merah
2.      Untuk mengetahui dan memahami metode penataan tanaman sebagai tanaman hias
3.      Untuk mengetahui cara pemeliharaan tanaman hias







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1         Klasifikasi
Kingdom               : Plantae
Sub Kingdom        : Tracheobiota
Super Divisi          : Spermatophyta
Divisi                     : Magnoliophyta
Sub Divisi             : Angiospermae
Kelas                     : Magnoliopsida
Sub Kelas              : Rosidae
Ordo                      : Myrtales
Famili                    : Myrtaceae
Sub Famili             : Myrtoideae
Genus                    : Syzygium
Spesies                  : Syzygium myrtifolium Walp. (Gilman & Watson, 2013).

2.2         Morfologi
Tanaman ini merupakan tanaman daun yang memiliki corak warna beragam. Pucuk merah mempunyai kolaborasi warna yang membuat tanaman ini banyak disukai sebagai tanaman hias. Biasanya warna daunnya terdiri dari warna hijau, kuning, oranye dan merah. Perpaduan warna yang merona inilah, yang membuat tanaman pucuk merah banyak diincar pecinta tanaman hias. Tak hanya dari warnanya saja, bentuk daunnya yang kecil dan agak memanjangmenyerupai jarum, semakin membuat cantik penampilan tanaman ini. Bahkan jika tumbuh subur tanaman akan tumbuh ke atas membentuk skop (Saputro, 2014).
Daun pucuk merah ketika baru tumbuh daun pucuk merah berwarna merah menyala, kemudian berubah menjadi coklat, lalu berubah lagi menjadi warna hijau. Pucuk merah berupa daun tunggal berbentuk lancip, warna daun mengalami perubahan, bertangkai sangat pendek, permukaan daun bagian atas mengkilap dan tumbuh berhadapan. Bunga pucuk merah yang sudah mekar, tampak adanya kepala putik yang berwarna putih dengan tangkai putik yang berukuran lebih pendek dibandingkan benang sarinya, posisi putik tepat ditengah, tangkai sari berwarna putih berukuran lebih panjang dari putiknya, berjumlah sangat banyak dengan kepala sari berwarna kuning muda. Ukuran daun pucuk merah panjang ± 6 cm dan lebar ± 2 cm dengan pertulangan daunnya menyirip, bunga majemuk tersusun dalam malai berkarang terbatas (Utami, 2010).

2.3         Syarat Tumbuh
·      Iklim
Tanaman pucuk merah dapat tumbuh dengan curah hujan 112-119 mm/bulan, dengan 66-9 hari hujan/bulan, serta memiliki iklim dengan 2-3 bulan kering dan 5-6 bulan basah. Suhu udara yang cocok bagi tanaman pucuk merah, pada siang hari adalah 28-36°C dan suhu malam hari yaitu 24-30°C (Imelda et al., 2008). Tanaman pucuk merah dapat tumbuh dengan kelembaban udara (RH) 50-80% (Saputro, 2014).
·      Tanah
Tanaman pucuk merah dapat tumbuh dan bereproduksi dengan baik, di dataran rendah sampai dataran tinggi, pada ketinggian 10-1.000 mdpl. Meskipun demikian, setiap jenis tanaman pucuk merah memiliki daya adaptasi tersendiri, terhadap lingkungan tumbuhnya. Tanaman pucuk merah membutuhkan tanah yang bertekstur pasir sampai liat. pH yang dibutuhkan adalah berkisar 5-7 (Saputro, 2014).








BAB III
METODOLOGI

3.1         Tempat dan Waktu Praktikum
Tempat Praktikum  : Taman kampus Sekolah Tinggi Teknologi Pelalawan, Fakultas Agroteknologi, Langgam, pelalawan, Riau
Waktu Praktikum          : Bulan September 2018 - Desember 2019

3.2         Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah cocopeat, bibit tanaman pucuk merah, pupuk urea, tandan kosong kelapa sawit. Sedangkan alat yang digunakan adalah cangkul, gembor dan meteran.

3.3         Prosedur Praktikum
·           Membuat desain penataan tata letak tanaman pucuk merah
·           Membuat lubang tanam dengan jarak 1.5 m x 1.5 m
·           Meletakkan cocopeat didalam lubang tanam
·           Menanam bibit tanaman pucuk merah dan melakukan penyiraman
·           Setiap hari melakukan penyiraman, pembumbunan tanaman pucuk merah
·       Mengambil data pertumbuhan tinggi tanaman mulai dari awal penanaman sampai akhir praktikum
·   Mengambil foto dan membandingkan petumbuhan tanaman pucuk merah di awal penanaman dengan akhir praktikum






BAB IV
PEMBAHASAN

Tabel 1. Pengamatan Tinggi Tanaman Pucuk Merah
Jumlah Tanaman
Tinggi Tanaman cm
Tgl 27/09/19
Tgl 27/10/19
Tgl 27/11/19
Tgl 27/12/19
1
61
68
73
75,5
2
67
73
80
89
3
33
38
42
47
4
52
80
84
94
Rata-rata
53,25
64,75
69,75
76,38

Berdasarkan data pengamatan terhadap tinggi tanaman pucuk merah yang ditanam ± 1 tahun. Dari data terlihat bahwa, setiap bulannya keempat sampel tanaman pucuk merah mengalami peningkatan pertumbuhan. Maka, untuk pengamatan bulan september 2019 rata-rata tinggi tanaman pucuk merah yang didapatkan adalah 53,25 cm. Pada pengamatan bulan oktober 2019, rata-rata tinggi tanaman pucuk merah adalah 64,75 cm. Sedangkan pada pengamatan bulan November 2019, rata-rata tinggi tanaman pucuk merah adalah 69,75 cm. Dan untuk pengamatan di bulan Desember 2019, rata-rata tinggi tanaman pucuk merah adalah 76,38 cm. Dalam budidaya tanaman pucuk merah ini, pupuk yang digunakan adalah cocopeat, tandan kosong kelapa sawit, dan Urea.
Cocopeat merupakan salah satu media tumbuh yang dihasilkan dari proses penghancuran sabut kelapa, proses penghancuran sabut dihasilkan serat atau fiber, serta serbuk haus atau cocopea (Irawan dan Kafiar, 2015). Kelebihan cocopeat sebagai media tanam, dikarenakan karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan kuat, serta mengandung unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kalium (K), Natrium (Na), dan Fosfor (P) (Muliawan, 2009).
Tandan kosong kelapa sawit merupakan bahan organik yang kaya unsur hara N, P, K dan Mg. Dalam setiap ton tandan kosong kelapa sawit mengandung hara N 1,5 %,  P 0,5 %,  K 7,3%, dan Mg 0,9 % (Winarna et al., 2009). Salah satu potensi tandan kosong kelapa sawit yang cukup besar adalah sebagai bahan organik untuk pembenah tanah dan sumber hara bagi tanaman. Potensi ini didasarkan pada kandungan tandan kosong kelapa sawit yang memiliki kandungan unsur hara yang tinggi. Penggunaan tandan kosong kelapa sawit ini, dapat dilakukan dengan cara aplikasi langsung, yakni sebagai mulsa atau dibuat menjadi kompos (Darmosarkoro dan Rahutomo, 2009).
Pupuk urea merupakan pupuk padatan kristalin putih dan sangat larut dalam air, dengan kandungan 46 % N. Unsur hara nitrogen yang dikandung dalam pupuk urea, sangat besar kegunannya bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan, antara lain :
1.      Membuat daun tanaman lebih hijau dan segar, serta banyak mengandung klorofil yang memiliki peran dalam proses fotosintesis
2.      Mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, dan cabang) (Syarief, 2011).



















BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa, budidaya tanaman pucuk merah selama ± 1 tahun, mengalami pertumbuhan yang baik. Hal ini dikarenakan, dalam budidaya tanaman pucuk merah ini, menggunakan pupuk seperti cocopeat, tandan kosong kelapa sawit, dan pupuk urea yang kaya akan kandungan unsur hara esensial (NPK). Karena tanaman akan tumbuh dengan baik, apabila kandungan unsur haranya tercukupi.























DAFTAR PUSTAKA

Darmosarkoro, W. dan Rahutomo, S. 2009. Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Pembenah Tanah. Prossiding Pertemuan TeknisKElapa Sawit 2000 II. PPKS Medan.

Gilman, E.F, and Watson, D.G. 2013. Syzygium olana. Forest Service Depatement of Agriculture.

Irawan, A dan Kafiar, Y. 2015. Pemanfaatan cocopeat dan arang sekam padi sebagai media tanam bibit cempaka (Elmerrillia ovalis). Jurnal Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. 1 (4) : 805-808.

Muliawan, L. 2009. Pengaruh Media Semai Terhadap Pertumbuhan Pelita (Eucalyptus pellita F. Muell). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 104 hlm.

Saputro, A. Christophorous. 2014. Oleana Syzygium “Si Pucuk Merah” yang merona. http://www.jitunews.com/read/7006/oleina-syzygium-si-pucuk-merah-yang-merona. Diakses tanggal 17 Desember 2019.

Syarief, E.S. 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung

Utami, Nunik. 2010. “Syzygium”.http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=2339. Diunduh tanggal 17 Desember 2019.

Winarna, E.S, Sutarta, dan Purba, P. 2009. Pengelolaan Tanah Berliat Aktivitas Rendah (LAR) Di Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Edisi I, A2 : 25-34 hal. 




0 komentar:

Posting Komentar